BISNISREAL.COM, Jakarta – Kontribusi program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra Agro Lestari (AAL) dalam rangka mengembangkan potensi ekonomi di sekitar wilayah operasional perusahaan diwujudkan melalui Desa Sejahtera Astra yakni program ekonomi berbasis kemitraan sawit, program ekonomi berbasis kearifan lokal dan program peningkatan ekonomi berbasis potensi wilayah seperti pada wilayah gambut bagi Masyarakat Peduli Api (MPA). Program ekonomi berbasis kemitraan sawit memberikan kepastian usaha bagi petani sawit melalui kerjasama dalam pembenihan, proses budidaya hingga proses pemasaran. Program ini juga mampu menjangkau dan merangkul setidaknya ±53.000 petani dalam rantai pasok, dan secara signifikan telah menggerakkan pertumbuhan ekonomi di lebih dari 300 desa. Program ekonomi berbasis kearifan lokal dan program peningkatan ekonomi berbasis potensi wilayah berfokus pada industri kecil atau industri rumahan dan kelompok tani atau kelompok usaha non sawit. Kedua progam ini menyediakan pelatihan, pendampingan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, hingga bantuan modal usaha dan pengembangan aktivitas kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan serta potensi wilayah dan kearifan lokal yang ada. Sampai saat ini kedua program mampu menggerakan lebih dari 150 UMKM yang tersebar di 8 provinsi di Indonesia. Melalui program-program tersebut diharapkan dapat membangun kemandirian ekonomi masyarakat dan mewujudkan Desa Sejahtera Astra di sekitar kawasan operasional Perseroan.
Salah satu inovasi dari program tersebut adalah mengubah limbah menjadi pakan ikan dengan sumber nutrisi berkualitas seperti yang dilakukan di Pokdakan (Kelompok Budi Daya Perikanan) Maju Bersama di Penajam Pases Utara, Kalimantan Timur. Berawal dari masalah pasokan bahan baku pakan ternak yang terbatas dan cenderung tinggi, lalu ditambah harga jual ikan yang relatif stabil mendorong kelompok tersebut berinovasi menciptakan SINTAPIBABE atau (Mesin Pembuatan Pakan Ikan dari Barang Bekas). SINTAPIBABE adalah mesin pengolah limbah yang sebelumnya menjadi masalah dapat menjadi sumber daya bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat. Mesin ini mampu memproduksi pakan ikan yang merupakan inovasi dari Pokdakan (Kelompok Budi Daya Perikanan) Maju Bersama yang adalah binaan dari PT WKP (Waru Kaltim Plantation), salah satu anak perusahaan Astra Agro.
Inspirasi dari pembuatan SINTAPIBABE diawali oleh ketergantungan pakan pada pabrik sedangkan harga yang terus meningkat telah memengaruhi kemampuan pembudi daya dalam mengais keuntungan. Pasalnya, harga jual ikan cenderung stabil di pasaran yang berkisar antara Rp 23.000 s/d 25.000 per kg.
Sebagai gambaran, pembudi daya ikan perlu mengeluarkan dana sebesar Rp380.000 untuk 30 kilogram pakan selama empat hari. Adapun pakan tersebut mampu mencukupi kebutuhan 35 keramba jaring, delapan kolam terpal dan satu kolam tanah milik Pokdakan Maju Bersama.
Permasalahan itu membuat Pokdakan Maju Bersama berinovasi untuk memproduksi pakan ikan dengan memanfaatkan barang bekas dan bahan baku lokal. Bahan baku utamanya pun memanfaatkan ikan runcah yakni ikan kecil-kecil yang tertangkap tidak sengaja oleh nelayan dan tidak memiliki nilai ekonomi.
“Sebagai solusi, kami mengarahkan warga yang memiliki keahlian teknis untuk membuat mesin pengolah pakan melalui bimbingan dan referensi online.” jawab Zakaria selaku perwakilan tim CSR (Corporate Social Responsibility) PT WKP.
Kemudian bungkil kedelai, singkong atau labu merah, bulu ayam, tulang ayam dan tulang ikan yang besar. Selanjutnya semua bahan baku itu diolah menjadi tepung, berikutnya dengan menggunakan SINTAPIBABE jadilah pelet untuk pakan ikan.
Dalam satu jam SINTAPIBABE mampu menghasilkan 50 kilogram pakan ikan sehingga mampu memenuhi kebutuhan semua keramba jaring apung, kolam terpal dan kolam tanah yang dimiliki Pokdakan Maju Bersama. Adapun kelompok ini membudidayakan berbagai jenis ikan diantaranta lele, nila dan gurami.
Pembuatan pakan lokal secara mandiri oleh Pokdakan Maju Bersama berhasil memangkas pengeluaran untuk pakan ikan hingga antara 50 persen sampai 60 persen. Nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan ternak mereka juga terpenuhi. Buktinya, produksi ikan air tawar yang diunggulkan Pokdakan Maju Bersama berjenis lele Sangkuriang, mampu tembus antara 200 kilogram hingga 300 kilogram untuk satu keramba apung dalam 10 hari.
Pokdakan Maju Bersama menggunakan sistem tangga atau berjenjang dari satu keramba jaring apung ke keramba jaring apung lainnya untuk melakukan panen lele. Dari 19 keramba jaring apung yang disemai bibit ikan lele, kelompok tersebut dalam satu bulan mampu panen mencapai lebih kurang satu ton ikan lele Sangkuriang. Sementara itu rata-rata panen ikan lele untuk satu keramba jaring apung dalam 10 hari mampu meraup penghasilan sekitar Rp6.000.000.
“Dengan sistem keramba jaring apung, pakan ikan dapat terdistribusi secara maksimal sehingga menghasilkan ikan-ikan yang lebih berkualitas.”
Inovasi dari barang bekas dan limbah untuk pakan ikan yang dikembangkan Pokdakan Maju Bersama juga dapat dukungan dari PT WKP, dari inovasi itu Pokdakan Maju Bersama memperoleh penghargaan pada Festival Astra 2024 kategori perikanan sebagai juara satu.
Tidak hanya meraih penghargaan, namun sejumlah lembaga dan desa turut menunjukan ketertarikan untuk mereplikasi dan mengimplementasikan mesin SINTAPIBABE untuk operasional bisnis.
“Akhir-akhir ini Pokdakan juga mendapatkan tawaran kerjasama dengan sebuah perusahaan untuk mengembangkan mesin SINTAPIBABE dalam pengolahan sayur. Jadi kegunaan mesin pengolah ini tidak hanya terbatas pada pengolahan pakan ikan saja, namun memiliki potensi penggunaan yang lebih luas.”
Kedepannya, tim CSR PT WKP berencana untuk mengembangkan mesin SINTAPIBABE sebagai alat pengolahan bahan untuk pupuk kompos untuk perkebunan sayur desa.
“Mesin yang awalnya kami ciptakan untuk mengatasi permasalahan harga pakan ikan yang tinggi, kini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bahkan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar WKP” ujar Zakaria. Sumber informasi dan foto dari laman resmi astra agro lestari, www.astra-agro.co.id.