BISNISREAL.COM, Bogor – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Prof Alla Asmara menyuarakan urgensi kemitraan wakaf produktif dalam pemberdayaan dan regenerasi peternak. “Kolaborasi dalam kemitraan wakaf produktif akan menyatukan sumber daya dan keahlian serta mendorong model berkelanjutan untuk redistribusi aset dan redistribusi manfaat,” paparnya dalam acara Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, Kamis (11/7) pekan lalu. Ia mengurai, selain dapat meningkatkan akses permodalan, skema kemitraan wakaf produktif sekaligus mendorong kolaborasi antara nazir, koperasi, dan peternak.
“Kemitraan ini juga dapat mendukung regenerasi peternak, salah satunya melalui skema beasiswa pendidikan sehingga mendukung Visi Indonesia Emas 2025 dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul”, ucapnya. Prof Alla menilai, strategi ini bisa menjadi solusi yang selama ini dihadapi oleh rumah tangga usaha peternakan (RTUP) sapi perah yang jumlahnya terus merosot sekitar 16 persen selama satu dekade terakhir. “Ini mencerminkan bahwa pengembangan sektor sapi perah rakyat belum berjalan sesuai harapan. Padahal, kontribusi peternak kecil menyumbang 60 persen kontribusi produksi susu nasional,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Prof Alla menambahkan, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) terjadi semakin memperburuk kondisi rumah tangga peternak. “Di tingkat rumah tangga, PMK menimbulkan kerugian langsung bagi peternak, seperti kematian ternak, pemotongan paksa, penjualan dengan harga rendah, serta meningkatnya biaya pengobatan,” jelasnya.
Hasil penelitiannya di Jawa Barat menunjukkan, lebih dari 40 persen peternak skala kecil (kepemilikan sapi laktasi 1–5 ekor) mengalami kerugian akibat kematian ternak. Nilai kerugiannya mencapai sekitar Rp 22 juta. Pada skala besar (kepemilikan sapi laktasi > 5 ekor), lebih dari 50 persen peternak rugi karena ternak dijual murah dengan nilai kerugian sekitar 40 juta.
Oleh sebab itu, ia menekankan perlunya pendekatan ekonomi rumah tangga dan peningkatan kapasitas tenaga kerja peternak yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir, dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait. Peran koperasi melalui peningkatan kinerja pelayanan dan penguatan kapasitas kelembagaan juga perlu menjadi fokus perhatian. “Koperasi perlu lebih intensif mengembangkan program pelatihan dan pendampingan untuk mendorong peningkatan keterampilan peternak,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Prof Alla juga menyoroti penguatan kelembagaan koperasi juga mesti digalakkan. Terutama terkait manajemen organisasi, kompetensi SDM, permodalan, partisipasi anggota, diversifikasi produk, kemitraan usaha, dan adopsi teknologi seperti disampaikan di laman resmi ipb university.