BISNISREAL.COM, Jakarta – Industri sawit masih menjadi andalan ekonomi dan penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia, terutama dalam neraca perdagangan nasional. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono dalam syukuran perayaan HUT Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang ke-44 beberapa waktu lalu di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa industri sawit memiliki peran yang signifikan dalam menopang perekonomian nasional. Eddy menyebutkan bahwa sektor sawit menjadi penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia, terutama dalam neraca perdagangan nasional. Bahkan saat pandemi Covid-19 melanda, industri ini mampu bertahan tanpa adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), menunjukkan ketangguhan sektor sawit dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
“Pemerintah harus mendukung kebijakan yang kondusif bagi industri sawit mengingat kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Eddy. Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa industri sawit menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Saat ini, sekitar 16,2 juta orang bergantung pada sektor ini untuk mencari nafkah.
“Indonesia tengah menghadapi gelombang PHK di berbagai sektor. Jangan sampai hal ini terjadi di industri sawit. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung stabilitas sektor ini sangat diperlukan. Di tengah ketidakstabilan ekonomi global akibat perang dagang, industri sawit terbukti mampu menopang perekonomian nasional,” tambahnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2024 tercatat sebesar 4,95%. Sementara itu, sektor pertanian dan perkebunan, termasuk kelapa sawit, tumbuh positif sebesar 1,69%, menunjukkan peran pentingnya dalam perekonomian.
Dari sisi ekspor, industri kelapa sawit juga menjadi salah satu penyumbang terbesar ekspor nonmigas Indonesia. Data Kementerian Perdagangan hingga September 2024 mencatat bahwa ekspor nonmigas mencapai USD 181,14 miliar, dengan ekspor lemak dan minyak nabati, termasuk minyak sawit, menyumbang USD 14,43 miliar. Angka ini semakin menegaskan bahwa industri sawit merupakan pilar utama dalam perekonomian nasional.
Dewan Pengarah GAPKI, Tun Rahmat Shah, dalam kesempatan yang sama mengapresiasi keberhasilan GAPKI dalam mengembangkan industri sawit hingga mencapai titik saat ini. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tantangan besar masih menghadang, baik dari dalam maupun luar negeri. “Perayaan HUT GAPKI ke-44 ini harus menjadi momen introspeksi. Kita harus menghadapi tantangan dengan kebersamaan, keterbukaan, serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku,” ujarnya.
Rahmat juga menekankan pentingnya meningkatkan kerja sama dan sinergi antara GAPKI dan pemerintah. Ia menyadari bahwa produksi sawit mengalami stagnasi, bahkan penurunan, namun sektor ini tetap dituntut untuk berkontribusi terhadap devisa negara, bahan pangan, oleokimia, dan bioenergi.
“Tahun 2025 menjadi tahun penuh tantangan bagi industri sawit. Kebijakan pemerintah mengenai swasembada pangan, energi, dan hilirisasi harus didukung penuh. Peningkatan produktivitas harus diakselerasi melalui percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR),” jelasnya.
Selain itu, GAPKI juga berkomitmen untuk mendukung ketahanan pangan dengan menanam padi gogo dan jagung di area yang memungkinkan. Rahmat mengingatkan seluruh pengurus GAPKI agar selalu peduli terhadap masyarakat sekitar dan membantu mereka yang membutuhkan. “Industri sawit tidak hanya soal bisnis, tetapi juga tanggung jawab sosial. Mari kita jaga industri ini agar terus memberikan manfaat bagi bangsa dan masyarakat luas,” pungkasnya. Sumber laman resmi gapki.id

