BISNISREAL.COM, Industri makanan dan minuman (mamin) terus menjadi sektor unggulan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada triwulan kedua tahun 2024, industri mamin memberikan kontribusi signifikan sebesar 38,4 persen dari total PDB industri pengolahan nonmigas. Hal ini tak lepas dari kinerja ekspor yang kuat, di mana pada Agustus 2024, nilai ekspor industri mamin mencapai USD3,78 miliar, menyumbang 21,36 persen dari ekspor industri pengolahan nonmigas.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menegaskan pentingnya peran industri mamin, terutama skala kecil dan menengah (IKM), dalam mendukung ekonomi nasional. “Kami terus berupaya mendorong IKM mamin agar lebih berdaya saing dan mampu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian,” ujar Reni di Jakarta, Senin (21/10). Salah satu caranya adalah dengan menghubungkan pelaku IKM mamin dengan berbagai sektor, baik dari hulu hingga hilir, agar tercipta peluang bisnis yang lebih luas.
Ditjen IKMA juga menggandeng perusahaan besar melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pengembangan IKM. PT Arwana Citramulia TBK menjadi salah satu mitra yang secara konsisten memberikan bantuan, seperti keramik, untuk memperbaiki fasilitas produksi IKM di berbagai daerah. Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman dan penyerahan bantuan keramik kepada IKM di Singkawang, Kalimantan Barat.
“Kerjasama dengan Arwana Ceramics sudah berlangsung lama. Sejak 2013, mereka telah menyalurkan bantuan keramik untuk pembuatan dapur bersih di IKM gula semut di beberapa wilayah, seperti Banjarnegara dan Purbalingga,” ungkap Reni. Hingga kini, bantuan CSR dari Arwana telah disalurkan ke berbagai IKM mamin di daerah seperti Rote Ndao, Rejang Lebong, Pati, dan Mojokerto, dengan total bantuan mencapai puluhan ribu meter persegi keramik.
Pada tahun 2024, PT Arwana Citramulia TBK kembali menyalurkan bantuan keramik sebanyak 10.000 meter persegi ke 36 IKM di berbagai daerah. Bantuan ini ditujukan kepada IKM tahu, olahan hasil laut, garam beryodium, dan gula aren yang tersebar di Singkawang, Salatiga, Pati, Karangasem, dan Pacitan. “Diharapkan bantuan ini dapat membantu IKM memenuhi standar keamanan pangan CPPOB, sehingga produk mereka lebih berkualitas dan kompetitif,” tambah Reni.
Menurut Reni, banyak IKM mamin yang belum memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). Kendala yang dihadapi termasuk bangunan dan fasilitas yang belum sesuai standar, sanitasi yang kurang terjaga, hingga pengelolaan proses produksi yang belum optimal. GMP sendiri merupakan standar penting yang harus dipenuhi oleh produsen agar produk yang dihasilkan aman dan layak dikonsumsi. Dengan penerapan standar ini, produk IKM akan semakin terjamin kualitasnya dan mampu meraih kepercayaan konsumen.
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, menambahkan bahwa IKM mamin menghadapi sejumlah tantangan dalam pengembangan usaha. Mulai dari kurangnya penggunaan teknologi, rendahnya penerapan standar keamanan pangan, hingga akses pasar yang belum optimal. Untuk menjawab tantangan tersebut, Ditjen IKMA menghadirkan berbagai program pendampingan, seperti penerapan sistem keamanan pangan, sertifikasi HACCP, kemitraan dengan sektor terkait, hingga peningkatan akses pasar ekspor.
Tak hanya itu, Ditjen IKMA juga memberikan dukungan melalui partisipasi dalam pameran, restrukturisasi mesin, penerapan teknologi industri 4.0, serta program akselerasi bisnis seperti Indonesia Food Innovation (IFI). Program-program ini dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah, akademisi, pakar, serta industri besar agar pengembangan IKM berjalan maksimal dan berkelanjutan.
Dengan adanya sinergi dari berbagai pihak, Kemenperin optimistis IKM mamin dapat semakin berkembang, meningkatkan kualitas produk, dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.