BISNISREAL.COM, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengambil langkah strategis untuk memperkuat daya saing kakao Indonesia, baik di pasar domestik maupun global. Salah satu upayanya adalah dengan memfasilitasi kolaborasi berbagai pihak melalui Program Transforming the Cocoa Sector in Indonesia through Value Addition for Smallholders (TRACTIONS). Program ini didukung oleh konsorsium yang melibatkan Rainforest Alliance, Rikolto, Kalimajari, Valrhona, dan Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana bersama tujuh koperasi produsen kakao.
Program TRACTIONS bertujuan meningkatkan kualitas bahan baku kakao serta membuka peluang pasar baru untuk kakao premium Indonesia. Dalam lokakarya nasional yang digelar pada Rabu (15/1), Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyampaikan apresiasinya terhadap program ini. “Kami mengapresiasi inisiatif TRACTIONS yang telah memperkuat rantai nilai kakao sehingga mampu bersaing di pasar global,” ujarnya.
Lokakarya ini mempertemukan koperasi produsen kakao dari Bali, Sulawesi, dan NTT dengan pelaku industri cokelat artisan. Sebanyak delapan industri cokelat artisan sepakat menjalin kemitraan dengan tujuh koperasi untuk penyediaan bahan baku kakao premium. Selain itu, koperasi juga berkomitmen memenuhi standar keberlanjutan dalam produksi biji kakao fermentasi.
Putu menambahkan bahwa produksi kakao nasional mengalami penurunan yang signifikan. Indonesia, yang sebelumnya menduduki peringkat ke-4 dunia sebagai produsen kakao, kini berada di posisi ke-7. Hal ini memengaruhi ketersediaan bahan baku industri pengolahan cokelat di dalam negeri. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kemenperin menginisiasi pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang akan mendukung pengembangan sektor kakao secara berkelanjutan, termasuk dalam pencapaian swasembada kakao.