BISNISREAL.COM, Jakarta – Dalam upaya memperkuat industri otomotif nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menjalin sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan penggunaan komponen lokal, khususnya dalam industri kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB). Salah satu langkah konkret yang diambil adalah melalui penyelenggaraan Business Matching yang berlangsung pada Selasa (15/10) di Jakarta, yang bertujuan memperluas integrasi komponen dalam negeri ke dalam rantai pasok kendaraan listrik global.
Acara ini merupakan kolaborasi antara Kemenperin dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dengan tujuan mendukung pertumbuhan industri otomotif di Indonesia. Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Putu Juli Ardika, menegaskan pentingnya kerja sama ini. Menurutnya, penguatan hubungan antara produsen otomotif dan pemasok komponen lokal akan mendorong lebih banyak produk Indonesia berkompetisi di pasar internasional.
“Kami sangat yakin bahwa acara ini dapat menjadi titik temu antara industri perakitan kendaraan dengan pemasok lokal, sehingga penggunaan komponen dalam negeri dapat ditingkatkan. Lebih dari itu, ini akan membuka jalan bagi produk-produk lokal untuk masuk dalam rantai pasok global,” ujar Putu saat memberikan sambutan.
Putu juga menyoroti Indonesia sebagai salah satu pusat utama produksi kendaraan listrik dunia. Salah satu pendorong utama adalah investasi besar dari perusahaan otomotif terkemuka asal Tiongkok, BYD. “BYD telah berinvestasi sebesar Rp11,7 triliun di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 150 ribu unit per tahun. Investasi ini mencerminkan keyakinan kuat BYD terhadap potensi pasar Indonesia, sekaligus menegaskan peran strategis Indonesia dalam industri kendaraan listrik global,” tambah Putu.
Sejak memulai penjualan kendaraan listrik di Indonesia pada Juni 2024, PT BYD Motor Indonesia telah mencatatkan penjualan 2.000 unit hingga September. Angka ini menunjukkan antusiasme masyarakat Indonesia terhadap kendaraan listrik BYD yang dinilai mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Lebih lanjut, Putu berharap bahwa investasi dari BYD dapat membantu mempercepat alih teknologi ke industri komponen lokal. “Dengan adanya transfer teknologi dari BYD, kami optimistis bahwa industri komponen lokal akan semakin berdaya saing dan mampu bersaing di kancah global, terutama dalam rantai pasok kendaraan listrik,” tegasnya.
Di sisi lain, Andy Lin, Direktur Departemen Administrasi BYD, mengungkapkan bahwa keputusan perusahaan untuk berinvestasi di Indonesia adalah bagian dari strategi global BYD. “Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat regional di Asia Pasifik dengan fasilitas lengkap, mulai dari penelitian, pengembangan, hingga layanan purna jual,” kata Andy. BYD menargetkan Indonesia untuk berkontribusi dalam pencapaian produksi global sebesar 15 juta unit kendaraan.
Ke depan, BYD juga berencana meluncurkan berbagai model kendaraan listrik, termasuk plug-in hybrid (PHEV), untuk memperluas pilihan konsumen di Indonesia sekaligus mendukung transformasi industri otomotif nasional menuju era kendaraan ramah lingkungan.
Acara Business Matching ini dihadiri oleh 79 perusahaan dan menjadi forum penting bagi produsen kendaraan serta pemasok komponen lokal untuk menjajaki peluang kolaborasi. Pertemuan ini diharapkan memperkuat sinergi antara produsen dan pemasok, sehingga Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga semakin kompetitif di pasar otomotif global.
Dengan penguatan kolaborasi ini, Kemenperin optimistis bahwa industri otomotif nasional akan semakin tangguh, khususnya dalam pengembangan kendaraan listrik yang ramah lingkungan, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci di sektor ini di kancah internasional.
