BISNISREAL.COM, Kalimantan Selatan – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Indonesia, Siti Nurbaya, bersama Duta Besar Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rut Krüger Giverin, turun langsung ke lapangan untuk meninjau kemajuan program rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) di Kalimantan Selatan. Dalam kunjungan ini, mereka tidak hanya berdialog dengan Kelompok Tani Hutan (KTH), tetapi juga terlibat dalam penanaman pohon sebagai simbol aksi nyata dalam pengendalian perubahan iklim.
Program rehabilitasi ini merupakan bagian dari kerjasama erat antara Indonesia dan Norwegia, melalui inisiatif Partnership in Support of Indonesia’s Effort to Reduce Greenhouse Gas Emissions from Forestry and Other Land Use. Program ini dicanangkan untuk mendukung upaya pengurangan emisi karbon, dengan Kalimantan Selatan mendapatkan alokasi dana sebesar Rp38,19 miliar. Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki 1.724 hektare lahan yang rusak.
Saat meninjau langsung kondisi di lapangan, Menteri Siti mengungkapkan bahwa hasil yang dicapai di Kalimantan Selatan sangat menggembirakan. Tidak hanya dari sisi teknis penanaman, tetapi juga partisipasi masyarakat yang dinilai sangat aktif. “Saya sangat bangga melihat bagaimana masyarakat di sini begitu semangat menjaga kelestarian hutan. Kalimantan Selatan memang layak dijadikan contoh dalam pelaksanaan rehabilitasi lahan secara berkelanjutan,” kata Menteri Siti.
Dukungan Norwegia terhadap program ini merupakan wujud pengakuan internasional atas kesuksesan Indonesia dalam menekan angka deforestasi yang berdampak pada penurunan emisi karbon. Keberhasilan Indonesia dalam hal ini telah menarik perhatian banyak negara, termasuk Norwegia, yang terus mendukung dengan pendanaan dan kerjasama teknis.
Duta Besar Rut Krüger Giverin juga memberikan pujian kepada masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya anggota KTH Berkah Sulasih di Sungai Arfat. Ia sangat terkesan dengan dedikasi masyarakat dalam mengelola lahan dengan pendekatan agroforestri, yang memadukan tanaman produktif seperti durian, petai, dan alpukat dengan upaya pelestarian lingkungan. “Partisipasi masyarakat yang aktif seperti ini adalah kunci keberhasilan rehabilitasi lahan. Kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan mitra internasional seperti Norwegia menjadi kekuatan utama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” ungkapnya.
KTH Berkah Sulasih adalah salah satu kelompok tani yang aktif berpartisipasi dalam program ini. Dengan anggota sebanyak 50 orang yang terdiri dari warga lokal dan pendatang, kelompok ini telah berhasil mempersiapkan lahan seluas 70 hektare untuk ditanami. Mereka menggunakan pendekatan agroforestri yang tidak hanya memperbaiki kondisi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui hasil pertanian.
Selain itu, peran perempuan dalam kelompok tani ini juga cukup signifikan, dengan 16 dari 50 anggota merupakan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa program rehabilitasi hutan juga mendorong inklusi sosial dan kesetaraan gender di tingkat komunitas.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting dari pemerintah daerah dan pusat, termasuk Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar, dan Direktur Utama Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), Joko Tri Haryanto. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung program yang berkelanjutan.
Ke depan, program rehabilitasi ini diharapkan tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi lokal melalui pemanfaatan lahan secara produktif. Kolaborasi yang erat antara pemerintah Indonesia, masyarakat, dan Norwegia menjadi contoh nyata bagaimana aksi kolektif bisa membawa perubahan signifikan dalam penanganan perubahan iklim global.